Your long-forgotten hobby
Dulu pas SD, hanya ada ekskul sepakbola, atletik, tartil qiroah, dan pramuka. Karena aku suka nontonin Tsubasa tiap pagi, akhirnya aku milih ikutan ekskul bola.
Aslinya aku bukan fans bola, jarang nonton malah, tapi aku suka kalau aku yang main. Dari SD aku selalu jadi yang paling kecil, tapi nggak tau gimana aku lebih sering ditaruh di posisi kiper. Katanya karena sifat nekatanku pas dan reflekku lumayan kenceng.
Lanjut ke SMP, aku mengikuti tiga ekskul sekaligus, salah satunya tetap bola. Kebetulan, lapangan tempat latihannya dekat dari rumah, jadi lebih gampang kalau mau latihan. Ekskul ini diadakan setiap hari rabu, jum'at, dan minggu. Karena lapangan yang dipakai beneran lapangan bola, nggak mungkin aku yang kecil tetap maksain jadi kiper. Akhirnya posisiku dipindahkan jadi libero, sebelum akhirnya dipindah lagi jadi sayap kanan. Tapi aku tetap merasa nyaman dengan posisiku sebelumnya sebagai penjaga gawang.
Hampir setiap hari aku juga main bola dengan teman-teman sekitar rumah. Kalau normalnya permainan selesai saat wasit meniup peluit, bedanya permainan kami akan selesai saat lantunan menjelang maghrib dari masjid berkumandang. Kalau nggak, siap-siap salah satu ibu kami datang membawa alat tempur.
Aku mulai berhenti main bola di SMA. Aku merasa nggak pede karena SMA-ku memang sekolah yang isinya para atlit se-kabupaten, apalagi tim bolanya. Tapi aku tetap main bola di ajang tahunan classmeeting mewakili tim kelas.
Sekarang kalau main bola mungkin hanya sebatas virtual lewat game. Nggak se-seru kalau menyentuh bola atau nendang kaki teman secara langsung, tapi seenggaknya aku nggak perlu ngos-ngosan buat sekadar having fun.
Jadi kangen, turun lapangan lagi kali ya?
Tulisan ini merupakan bagian dari #30DayWritingChallenge yang aku ikuti untuk menantang diriku sendiri. Buat kalian yang penasaran dan mau ikutan, langsung cek di www.thirtydarts.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar