Selasa, 22 November 2022

Day 9 #30DayWriting Challenge

    

What is one thing you regret very badly and cannot change?


Hampir nggak ada yang aku sesali di dunia ini karena aku yakin menyesali sesuatu yang udah lewat itu nggak ada gunanya. Memang, ujungnya itu mungkin akan jadi pengalaman berharga dan membuat kita jadi semakin kuat. Tapi aku yang sekarang lebih memilih untuk fokus ke hari ini dan hari esok yang akan datang.

Tapi... kalo memang harus ada jawabannya, mungkin jawabannya adalah: waktu.

Waktu itu nggak bisa diulang, apa lagi diubah. Maka dari itu, aku akan merasa menyesal bahwa waktu yang sempat aku berikan masih terasa kurang. Contohnya, mungkin aku pernah menghabiskan waktu dengan seseorang, tapi siapa sangka bahwa itu adalah pertemuan terakhir kami? Bisa jadi tidak akan ada pertemuan di masa yang akan datang karena jalan yang berbeda atau bahkan dunianya yang sudah beda? Waktu dalam konteks itu yang aku maksud.

Nggak spesifik ke satu orang atau satu hal saja, tapi dalam cakupan yang lebih luas. Dan setelah menjawab topik hari ini, sekarang aku kembali bertanya ke diri sendiri, "Ada lagi?"

Cukup, nggak ada lagi.

Hanya itu. Waktu. Saat aku memutuskan untuk berdamai dengan diri sendiri, aku jadi bisa berpikir dengan lebih baik dan matang sebelum mengambil keputusan. Meminimalisir risiko, berarti memperkecil potensi untuk menyesal di kemudian hari. Tapi yang namanya hidup, apa yang aku rencanakan sekarang nggak akan selalu mulus jalannya.

Jadi, sampai waktu itu tiba, sampai bertemu lagi.



Tulisan ini merupakan bagian dari #30DayWritingChallenge yang aku ikuti untuk menantang diriku sendiri. Buat kalian yang penasaran dan mau ikutan, langsung cek di www.thirtydarts.com

Jumat, 18 November 2022

Day 8 #30DayWritingChallenge

   

What fascinates you about life and people around you?

Aku penasaran dengan kehidupan semenjak aku lahir sampai sekitar umur.. 5 tahun? Kemana semua memori kejadian itu selain lewat katanya orang atau kenangan berupa foto?

Aku kagum dengan seberapa kecilnya manusia dibandingkan dengan alam semesta. Atau perbandingan skala dari bulan yang lebih kecil dari Bumi, yang lebih kecil dari matahari, yang lebih kecil dari bintang di galaksi lain, dan seterusnya. Tentang walaupun kita sedang berdiri di tempat, kita sebenarnya sedang bergerak dengan kecepatan tinggi, tapi untung ada gravitasi. Atau sebenarnya seberapa dalam sih lautan itu? Ada apa di dasar perairan sana?

Aku juga kagum dengan semua evolusi dunia dan orang-orang di sekitar saat ini. Kok bisa ya ada orang kepikiran untuk bikin komputer? Masyarakat yang terdiri dari latar belakang berbeda, prinsip hidup berbeda, profesi berbeda, tapi entah gimana caranya bisa kompak nyebut pasta gigi itu: odol.

Mungkin aku kagum dengan perbedaan yang membuat hidup jadi lebih berwarna? Keberagaman yang ada dan tersebar di seluruh dunia, bahkan alam semesta ini, membuat aku tersadar bahwa dunia itu luas. Kebayang nggak dunia ini akan seperti apa tanpa Antartika? Kok bisa Thailand nggak pernah dijajah? Gimana caranya daratan Amerika yang segede itu baru ditemukan Christopher Columbus? Apakah saat Antonie Leeuwenhoek kaget ketika pertama kali menemukan mikroba, mikroba juga sama kagetnya?

Ternyata memang kita seberbeda itu.
Alam. Tumbuhan. Manusia. Hewan. Bahasa. Makanan. Film. Tujuan hidup. Orang-orangnya.

Setiap hari aku yakin akan selalu ada keseruan yang menanti untuk hal-hal yang belum pernah kita tahu. Sure, life fascinates me.



Tulisan ini merupakan bagian dari #30DayWritingChallenge yang aku ikuti untuk menantang diriku sendiri. Buat kalian yang penasaran dan mau ikutan, langsung cek di www.thirtydarts.com

Rabu, 16 November 2022

Day 7 #30DayWritingChallenge

  

 Find an old photograph that you like and share the story behind it


Aku jarang banget ngambil foto diriku sendiri. Meski begitu, aku tetap punya koleksi foto momen-momen yang pernah aku habiskan dengan orang sekitarku. Jadi aku cukup lama scroll-scroll galeri sampai akhirnya memutuskan menggunakan foto ini sebagai cerita.

Foto ini diambil tanggal 29 Agustus 2017 dalam rangka pemilihan ketua OSIS di sekolah kala itu. Ceritanya ini adalah 'perpeloncoan' dari teman seangkatan bagi ketua yang terpilih untuk membersihkan ruangan OSIS sebagai tanda semangat awal mengemban amanah kepengurusan.

Sejujurnya aku sama sekali nggak tertarik memegang jabatan penting dalam kelompok, karena pasti menyita banyak waktu dan tenaga. Jadi saat itu aku terpilih secara tidak sengaja karena kalah suara dari teman seangkatan yang ingin aku untuk mencalonkan diri menjadi ketua.

Padahal kalau flashback sedikit jauh ke belakang, aku masih ingat alasan yang kuberikan waktu diwawancarai kating dan ditanya alasan bergabung dalam OSIS. Aku menjawab dengan alasan yang cukup sederhana, yaitu "Aku ingin bisa ngomong di depan orang banyak". Sangat kontras dibandingkan dengan karakter yang diperlukan untuk berada di baris depan.

Sebelum aku masuk OSIS, aku orang yang pemalu dan minus kepercayaan diri, sampai-sampai terbiasa berjalan dengan menundukkan kepala demi menghindari bertatapan dengan orang.

Semenjak bergabung dengan OSIS, kepercayaan diriku cukup terasah, aku jadi nggak takut untuk ngomong di depan publik. Aku yakin kinerjaku juga baik mengingat orang lain malah mengajukanku untuk mencalonkan diri meskipun saat itu sudah ada kandidat lain yang maju.

Tapi kesempatan itu menjadi salah satu momen berharga untukku, ya meskipun aku tetap nggak mau jika harus mengulang kesempatan yang sama. Aku bukan pemimpin yang baik. Tapi dari sini aku belajar banyak hal. Salah satu pengalaman yang turut membuatku menjadi versi diriku yang sekarang.



Tulisan ini merupakan bagian dari #30DayWritingChallenge yang aku ikuti untuk menantang diriku sendiri. Buat kalian yang penasaran dan mau ikutan, langsung cek di www.thirtydarts.com

Day 6 #30DayWriting Challenge

  

 Write ten things you love regarding yourself


Bisa dipastikan kalo tulisan kali ini agak narsistik karena aku harus menulis hal yang aku sukai dari diri sendiri. Here we go.

In time. Aku (hampir) nggak pernah telat karena aku nggak suka menunggu dan membuat orang lain menunggu. Janjian jam 2 siang? Lima menit sebelum itu aku sudah di tempat.

Sistematis. Aku cukup sering menulis planner sekadar untuk mengatur tugas yang akan kukerjakan, atau menuliskan rancangan untuk target yang mau aku capai dalam jangka waktu tertentu. Terkadang tiap rencanaku memiliki backup plan, dan tiap backup plan juga punya backup plan.

Integritas. Atau tegas? Atau jujur? Aku akan ngomong hal yang sama di depan atau belakang kalo konteksnya orang. Kalo konteksnya setan, maaf bukan bidangnya.

Nggak gampang percaya orang. Artinya aku nggak bisa dihipnotis Uya Kuya.

Bisa dadakan. Bukan, nggak lagi ngomongin tahu bulat, tapi dalam artian diajak keluar dan kerjaan. Teman ngajak bakar ikan sore ini? Skuy. Kerjaan masuk hari ini tapi lusa harus kelar? Skuy, tapi jangan kebanyakan revisi ya.

Rencananya aku mau copas tulisan diatas biar pas jadi 10. Karena ternyata capek mikirin hal yang aku sukai dari diri sendiri. Bentar ambil napas dulu. Next.

Mandiri. Dalam arti, aku nggak masalah ngelakuin apapun dan pergi kemanapun sendirian. Lagi pengen nonton tapi nggak ada temen? Gas. Butuh suasana baru buat cari inspirasi tugas sendirian? Nggak masalah. Gabut dan pengen liat buku di Gramed? Meluncur saat itu juga.

Cuek. Nggak, bukannya apatis. Tapi aku cukup pemilih untuk menentukan sesuatu yang akan kuberi perhatian lebih. Selain hal itu, aku bisa bodoamatin dengan mudah.

Fokus. Aku nggak suka multitasking. Sebagai gantinya, aku terbiasa untuk fokus menyelesaikan satu kerjaan lebih cepat untuk bisa lanjut ke kerjaan yang lain supaya tugas tidak menumpuk. Dan cuek terhadap sesuatu cukup membantu aku menjadi lebih gampang fokus.

To the point. Aku jadi nggak perlu banyak basa-basi dengan orang kalau emang lagi ngomongin tugas atau kerjaan. Karena melelahkan harus saling melempar topik pembicaraan.

Positive thinking. Aku nggak gampang overthinking sama sesuatu, karena aku selalu berusaha mikirin hal baik yang bisa diambil dari banyak momen, termasuk kejadian buruk yang terjadi. Tapi sesekali aku malah khawatir over positive membuat aku menutup diri dari pembelajaran kejadian yang buruk. Nah kok sekarang jadi overthinking?


Tulisan ini merupakan bagian dari #30DayWritingChallenge yang aku ikuti untuk menantang diriku sendiri. Buat kalian yang penasaran dan mau ikutan, langsung cek di www.thirtydarts.com

Selasa, 15 November 2022

Day 5 #30DayWriting Challenge

 

Oke, ternyata tulisanku sempat terjeda beberapa hari dan kehilangan sedikit konsistensi, tapi aku punya alasan yang rasional untuk itu. Jadi ceritanya beberapa hari belakangan aku udah belajar untuk nggak jajan sembarangan. Udah itu aja, lanjut.

Write about your most interesting day of the past year


Setahun ke belakang hidupku kayak grafik IHSG karena adanya pandemi. Rutinitas jadi itu-itu aja dan aku mulai ngerasa bosan. Aku yakin, banyak banget orang-orang yang nyobain hal baru di masa pandemi (yang sekarang udah bisa dibilang mendingan?) Termasuk aku.

Maraton manga, gowes, ambil online course, liat ibu bikin kue sambil belajar (alias belajar ngabisin), semua aku cobain. Cukup menyenangkan bisa mencoba banyak hal yang sebelumnya sama sekali nggak terpikirkan olehku. Sejujurnya nggak ada yang membuat aku merasa ingin mendalami hal-hal baru yang udah aku kerjain (kecuali makan kue karena enak). Tapi di momen aku bisa pergi ke tempat yang jauh karena urusan kerjaan ternyata menjadi momen yang seru, apalagi karena saat itu adalah pertama kali aku menginjakkan kaki di daerah itu.

Bidang pendidikanku sains, tapi karena coba-coba, akhirnya aku berhasil mengikuti magang di bidang partnership di salah satu perusahaan di Jakarta. Aku nggak ingat tepatnya tanggal dan hari apa, tapi hari itu menjadi momen yang memorable untukku. Hari itu menjadi perjalanan yang sangat panjang dari seorang anak desa yang membolang ke kota.

Diawali dengan perjalanan kereta api yang terhitung sehari semalam, sampai akhirnya menginjakkan kaki di Jakarta. Karena baru datang dari perjalanan panjang, pihak perusahaan ngasih izin nggak masuk sehari. Jadi aku mutusin buat explore sedikit ke beberapa tempat.

Aku nggak sempat terbayang akhirnya bisa nyobain naik beberapa transportasi umum kayak Transjakarta, KRL, dan MRT. Saking antusiasnya, aku nyobain ketiganya dalam sehari. Aku jadi heran kenapa kota-kota lain nggak nyoba nerapin layanan transportasi umum seperti di Jakarta, padahal pasti lumayan bisa membantu mengurangi kemacetan.

Di hari itu juga aku sempat berkunjung di Perpustakaan Nasional, salah satu tempat yang masuk wishlist tempat yang harus dikunjungi versiku. Kesan pertamaku dari Perpusnas begitu masuk adalah "gede banget". Aku nggak sempat baca koleksi buku apapun yang ada disana, karena aku sibuk menelusuri tiap lantainya.

Begitu masuk, aku disambut oleh miniatur Perpusnas dan beberapa kerajinan lainnya. Selanjutnya aku iseng aja naik ke lantai berapapun yang aku mau untuk sekadar liat-liat. Suasana di Perpusnas beneran bikin nyaman dan tenang. Fasilitas dan layanannya juga cukup lengkap untuk yang ingin sekadar menghabiskan waktu atau ngerjain tugas. Kesan awal yang menyenangkan yang membuatku akhirnya memutuskan untuk berkunjung lebih banyak beberapa bulan ke depan sebelum akhirnya aku dipulangkan ke kampung halaman.



Tulisan ini merupakan bagian dari #30DayWritingChallenge yang aku ikuti untuk menantang diriku sendiri. Buat kalian yang penasaran dan mau ikutan, langsung cek di www.thirtydarts.com

Selasa, 08 November 2022

Day 4 #30DayWritingChallenge

 Are you early or nocturnal? Write the pros and cons of being one


Sebenarnya aku bingung mau nulis apa. Dari kecil aku terbiasa bangun dan memulai aktivitas dari sepagi mungkin. Ibuku sudah menyiapkan sarapan dari jam 5 pagi dan sejak SD-SMP aku sudah tiba di sekolah dari jam 6, sampai aku dapat julukan juru kunci gerbang sekolah. Tapi kalo lagi mood belajar atau banyak tugas yang musti dicicil, aku juga sering menghabiskan waktu untuk begadang dan hanya tidur 1-2 jam setelah subuh per harinya.

OH! Tapi kayanya kalo akhir-akhir ini aku lebih sering tidur larut dan aktif sampai malam. Fix berarti cenderung ke nokturnal (iyain aja biar lebih gampang nulisnya).

Nokturnal itu berarti berhubungan dengan aktivitas malam hari. Biasanya sih digunakan untuk mendeskripsikan jam biologis hewan, misalnya burung hantu, yang aktif pada malam hari dan tidur di siang hari. Ngomongin soal tidur, mungkin nanti kalian bisa baca-baca tentang chronotype, tentang beberapa jenis jam biologis yang ada pada tubuh manusia.

Kembali ke laptop. Aku juga biasanya cukup aktif di jam-jam malam. Sering muncul ide random yang kemudian aku tuangkan ke dalam tulisan, jaga-jaga agar tidak lupa. Semakin larut, otakku bisa jadi lebih lancar dan nggak ngantuk. Jam-jam yang mungkin bagi sebagian orang kantoran adalah jam istirahat, tapi buat aku adalah waktunya buat "ngantor"

Enaknya jadi nokturnal adalah aku nggak perlu khawatir bakal ada yang berisik dan bikin ilang fokus pas lagi sayang-sayangnya asik-asiknya nugas, bisa overthinking sepuasnya. Dan kadang juga aku nggak perlu bangun pagi-pagi banget. Karena kadang aku ngerasa nggak perlu bangun pagi kecuali emang ada kerjaan atau ada janji, tapi kenapa juga sih janjian pagi-pagi? Kenapa nggak janjian di tengah-tengah waktu dimana kita semua udah sama-sama siap dan fokus untuk beraktivitas. Win-win solution.

Kalo nggak enaknya ya mungkin karena memang mayoritas orang bakalan beristirahat di jam malam, jadi aku jarang punya teman buat "begadang" bareng.

Kadang juga ada yang bilang,
"Nggak sehat kamu zid tidur kemaleman mulu."
"Pemalas sih banyak alasan untuk bangun siang!"

Atau yang sejenisnya. Padahal ya... jam biologis kita emang beda aja.



Tulisan ini merupakan bagian dari #30DayWritingChallenge yang aku ikuti untuk menantang diriku sendiri. Buat kalian yang penasaran dan mau ikutan, langsung cek di www.thirtydarts.com

Senin, 07 November 2022

Day 3 #30DayWritingChallenge

 

 What are the three most important things you can't live without?


Dari sekian banyak benda yang ada di dunia ini, aku harus memilih tiga yang menurutku paling penting. Cukup lama aku berpikir, tapi kayaknya kalo kelamaan bisa bikin overthinking, jadi akhirnya aku balik ke opsi awal yang langsung terlintas di pikiran. Benda-benda ini adalah benda yang kalo nggak ada, aku bisa pusing dan langsung mikir, "Tadi perasaan ada di sini, kok nggak ada?"

1. Hp

Jelas banget kalo hp itu ibarat bagian tubuh sendiri yang perannya cukup krusial di keseharian. Kebutuhan untuk komunikasi, hiburan, bikin notes, sampai stalking doi ada disini. Kehilangan hp bakal sangat merugikan menurutku karena aku jadi berasa kehilangan anggota tubuh yang bisa nelpon untuk keadaan darurat, sekadar mengisi kegabutan seperti menamatkan aplikasi PeduliLindungi, atau menunjukkan jalan yang lurus kepada kaum buta jalan sepertiku (meski kadang maps malah makin menyesatkan). Semoga aja manusia-manusia di masa depan nanti sudah terlahir dilengkapi dengan built-in feature yang bisa menggantikan keberadaan hp. Aamiin.

2. Botol Minum

Karena aku bisa nahan laper tapi nggak bisa nahan haus, botol minum jadi item penting yang sering aku bawa kemana-mana. Beberapa bulan lalu ada kejadian aku ngilangin tupperware ijo kesayangan emak yang udah kubawa kemanapun sejak SMA. 

Karena aku takut dicoret dari KK dimarahi, alhasil aku ga bilang ke ibu sampai aku pulang kampung. Pukul 22.30 WIB ketika memasuki rumah, ibu melirik ke arah tempat minum tas sebelah kananku. Sontak aku merinding mendengar ibu bersabda, "Tupperware-e kok ganti warna pink?"

3. Sandal Jepit

Pernah ada momen waktu lagi kumpul sama teman-teman, pas kakiku lagi ngangkat sebelah, sandal jepit yang aku pake ditarik sama teman. Jadi saat kakiku turun dan meraba-raba ke segala arah, "Lah sandal jepitku kemana ya?"

"Masa iya aku pulang pake sandal cuma sebelah?". Sebelum akhirnya sandalku dibalikin dan perasaanku pun langsung lega. Padahal cuma sandal jepit, tapi kenapa bisa se-khawatir itu ya? Apa karena sandal jepit ini sudah terlalu menyatu hingga membentuk pola kakiku, sampai aku menganggap sandal ini sebagai kaki aku sendiri?
Rasanya memang aneh memakai sandal orang lain yang bentuknya kurang compatible.

Inikah namanya cinta?



Tulisan ini merupakan bagian dari #30DayWritingChallenge yang aku ikuti untuk menantang diriku sendiri. Buat kalian yang penasaran dan mau ikutan, langsung cek di www.thirtydarts.com

Minggu, 06 November 2022

Day 2 #30DayWritingChallenge

 

 Write about the things or activities that make you happy


Banyak hal di dunia ini yang bisa bikin aku bahagia, seperti minum teh herbal sambil baca novel fantasy dan dengerin hujan (fyi, aku suka banget sama chamomile tea) atau bisa nonton film tengah malam tanpa khawatir mikirin tugas dan kerjaan esok hari. Tapi kalo ditanya satu aja aktivitas yang bisa bikin aku bahagia, aku akan jawab dengan satu aktivitas yang cukup simpel ini: tiduran sambil liat awan.

Yes. Aku tau main game itu asik banget sampai bikin lupa waktu. Aku juga tau kalo main panahan sampai anak panahnya nancep ke rumah tetangga juga seru karena itu salah satu olahraga yang aku suka. Tapi coba bayangin ketika kamu punya waktu hanya untuk sekadar tiduran sambil liatin awan. Tiduran. Sambil. Liatin. Awan. Relaxing banget nggak sih?

Ini adalah salah satu momen dimana aku bisa merefleksikan hidupku dengan lebih tenang tanpa adanya gangguan.

Di kampus, aku punya satu spot favorit untuk sekedar menatap langit. Tepi jalan dekat sekre salah satu organisasi yang pernah aku ikuti. Yap, literally tepi jalan. Awan bergerak cukup cepat terbawa angin. Ketika aku memejamkan mata sejenak dan kembali menatapnya, bentuknya pun langsung berubah. Terus bergerak dan berubah.

Artinya, nggak peduli apapun yang aku alami hari ini, hidup juga tetap berjalan. Entah lagi seneng atau lagi sepaneng. Entah banyak hal baik atau hal kurang baik yang terjadi, aku harus tetap berjalan.

Aku cukup bahagia dengan aktivitas sederhana ini. Aktivitas yang membuat aku jadi berbincang dengan diri sendiri. "Habis ini, bakal ada apa lagi ya?"



Tulisan ini merupakan bagian dari #30DayWritingChallenge yang aku ikuti untuk menantang diriku sendiri. Buat kalian yang penasaran dan mau ikutan, langsung cek di www.thirtydarts.com

Sabtu, 05 November 2022

Day 1 #30DayWritingChallenge

Hari ini libur. Seperti biasa, karena gabut dan bingung mau ngapain, aku memutuskan untuk berselancar di internet. Tadinya iseng doang, tapi akhirnya aku menemukan website keren yang berisi beberapa challenge. Sampai akhirnya aku ketemu dengan 30 Day Writing Challenge dan mutusin buat ikutan. Lumayan, buat ide konten dan pemanasan mulai nge-blog. Per harinya bakal ada topik yang berbeda yang bakal nge-trigger aku untuk menulis tentang itu. Sepertinya nggak ada rules khusus seperti adakah batasan untuk cerita atau ketentuan penulisannya seperti apa? Tapi yasudin, yang penting esensinya adalah menulis dengan konsisten selama 30 hari. Bismillah.

List three things you are grateful for and why?

Tiga hal yang membuat aku bersyukur dan alasannya. Cukup menarik. Here we go.


1. Buku

Aku bersyukur ada buku di dunia ini. Semua orang tau kalo buku adalah jendela dunia. Kalo nggak ada buku, mungkin aku akan sering bingung mau ngapain saat luang (baca=gabut). Kesukaanku membaca nggak lepas dari kontribusi teman masa kecil dan ibuku. Aku ingat pas jaman SD, ketika main ke rumah teman, aku lihat beberapa koleksi komik Doraemon di dekat TV dan iseng membacanya. Halaman demi halaman, aku masuk ke dalam cerita sampai tau-tau buku itu selesai aku baca. Njir, kok seru? Balik dari rumah teman, aku cerita dengan begitu ekspresif ke ibuku tentang buku yang aku baca.

Di salah satu momen ulang tahunku pas SD, ibu ngasih hadiah komik Naruto Vol. 48 yang isinya tentang pertemuan Naruto dengan Nagato pasca penyerangan Desa Konoha oleh Pain (njir masih hafal banget ternyata). Bocah umur segitu mungkin lebih demen hadiah mainan yang keren ketimbang buku. Tapi karena terlanjur suka, akhirnya hari itu juga aku seharian namatin komik itu.

setelah menemukan 'serunya' membaca, aku jadi mulai membaca macam-macam buku. Dari buku, aku bisa nemu info dari yang penting sampe yang ga jelas banget. Dari buku, aku bisa sedikit tau isi pemikiran orang-orang yang bahkan aku nggak kenal. Dari buku, aku bisa "nyolong" pengalaman atau hal bagus lainnya untuk diterapkan di kehidupanku sendiri. Dari buku, otakku jadi lebih mampu mengimajinasikan hal-hal yang bahkan sebelumnya nggak pernah terbayangkan olehku.


2. Pandemi Covid

Agak nyeleneh memang. Tapi jujur, aku bersyukur selama kurang lebih dua tahun ini terjadi pandemi. Atau lebih tepatnya, aku bisa mensyukuri hal-hal yang terjadi dalam hidupku karena adanya pandemi. Let me tell u the reason.

Seperti orang kebanyakan, awalnya aku cukup "mengeluh" karena banyaknya batasan yang muncul akibat pandemi. Kuliah jadi daring, susah keluar rumah, nggak ada tontonan menarik di TV selain pemberitaan copid setiap hari. Membosankan. Tapi akhirnya aku menemukan hal-hal yang mungkin hanya bisa dilakukan karena adanya pandemi ini. Karena covid, kuliah jadi daring. Aku punya cukup waktu luang untuk dihabiskan bersama keluarga di rumah. Karena covid, ibuku jadi sering bikin kue dan akhirnya keterusan jadi rame pesanan. Karena covid, aku bisa menyempatkan ikut berbagai kegiatan dan mencoba beberapa hal baru dan tetap bisa mengikuti perkuliahan secara penuh.

No offense untuk orang-orang yang udah gedek banget dengan urusan copid yang nggak kelar-kelar, karena memang banyak kerugian yang juga terjadi akibat ulah copid. Tapi disini akhirnya aku bisa mengambil sedikit hikmah dan mensyukuri kejadian ini. Pandemi atau nggak, dunia tetap berjalan, bumi tetap berputar, dan kehidupan selalu berkembang.


3. Pisang

Jangan dimakan, kalau masih dalam keranjang. Lah malah nyanyi.

Mungkin terdengar sepele, tapi kalo nggak ada pisang, kayanya aku bakal sering uring-uringan kalo bingung ganjalan saat lapar. Kok bisa ya habis makan pisang sebiji, rasanya udah cukup kenyang buat nggak makan lagi selama beberapa jam? Sensasi apa ini? Kok aku jadi pengen nyapa semua orang dengan senyuman bahkan meski nggak kenal sekalipun?

Aku sendiri nggak tau kenapa bisa suka banget sama pisang. Apakah ada kaitannya dengan teori evolusi Darwin? Entahlah. Bahkan macam-macam olahan pisang pun aku suka. Termasuk jus pisang yang kata beberapa orang, hal itu aneh. Entah apapun alasannya, aku bersyukur pisang eksis di dunia ini.

Challenge pertama done.


Tulisan ini merupakan bagian dari #30DayWritingChallenge yang aku ikuti untuk menantang diriku sendiri. Buat kalian yang penasaran dan mau ikutan, langsung cek di www.thirtydarts.com

Ganteng

 Ya Allah, pengen ganteng: - Ganteng hatinya - Ganteng masa depannya - Ganteng imannya - Ganteng wajahnya - Ganteng isi tabungannya - Ganten...